Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membangkitkan Semangat Bangsa

Membangkitkan Semangat Bangsa

Pada tahun 1945, ayah Pandji masih berusia 7 tahun. Ia sempat bertanya kepada ibunya (nenek Pandji), "Apa itu kemerdekaan?" Awalnya sang nenek menjawab bingung ayah Pandji. Namun kemudian, dia berkata, "Jika semua ini (menunjuk ke lingkungan sekitar) adalah milik kita."

Bocah itu bertanya lagi, "Semua milik kita? Berarti selama perjalanan dengan kereta api, kita tidak perlu membayar?" Nenek itu menjawab, "Ya!" (hal 103). Padahal, saat ini masih belum ada makan siang gratis di negeri ini. Melalui dialog itu, penulis secara politis mengkritisi kemandirian bangsa.

Meski demikian, rapper sekaligus komposer lagu "Angkat Tangan Untuk Indonesia" ini juga mengapresiasi kontribusi banyak pahlawan. Para pendiri bangsa kita berjuang untuk kemerdekaan Tanah Air. Selama (1945-1948), rumah ayahnya berada di Yogyakarta. Pagarnya terbuat dari bambu. Tingginya mirip dengan pinggang orang dewasa. Kurang lebih, sama seperti pintu gerbang di serial film Unyil dan Pak Raden.

Suatu hari, ketika nenek Pandji mendorong pagar, rasanya terlalu keras. Kemudian, dia menemukan seorang anak yang terbunuh oleh peluru nyasar. Tubuhnya dibaringkan kaku dan tak bernyawa. Usia anak itu mirip dengan ayah Pandji saat itu. Dia masih memegang tangan arem-arem (makanan tradisional yang terbuat dari beras) di telapak tangannya (hal 104).

Dulu, buku ini berbentuk e-book. Versi online-nya telah diunduh lebih dari 14.955 kali. Peluncuran buku cetak Nasional.Is.Me dilakukan di Jakarta Book Festival (2011). Baru-baru ini, telah dicetak ulang sebanyak 4 kali. Hebatnya, Nasional.Is.Me juga mengusung misi altruistik. Penyiar The Hard Rock Cafe (HRC) menerapkan konsep berbagi. Dengan membeli sebuah buku, salinannya otomatis diberikan secara cuma-cuma kepada para pemuda Indonesia yang tinggal di pedesaan. Program amal ini didukung oleh Bentang Pustaka dan Sampoerna Foundation.

Secara sistematis, buku ini terdiri dari 3 bagian: Kenali Indonesia Anda, Temukan Gairah Anda, dan Bekerja untuk Masa Depan Rakyat Anda. Total ada 10 bab. Dari "Permintaan untuk Perenungan" hingga "Dari Baris Kalimat Pembuka hingga Penutup." Buku setebal 330 halaman ini adalah semacam manifesto. Rangkuman beberapa jawaban atas pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) untuk penggemar Pandji tentang kecintaannya pada Indonesia.

Salah satu analisis tajam dari mantan presenter Proactive Provocative ini adalah ketika ia membedakan nasionalisme di Amerika Serikat dan Indonesia. Menurut pecinta kopi ini, negara AS terdiri dari banyak pendatang yang dipersatukan melalui olahraga. Sementara dunia memiliki sepakbola (sepak bola), mereka menciptakannya sendiri: American Football. Mengapa? Karena sepak bola modern berasal dari Inggris. Penduduk asli Amerika juga sangat menyukai bola basket. Melalui kedua 2 cabang olahraga tersebut, seluruh pendatang ikut berpartisipasi melalui “produk bersama”. Oleh karena itu, persatuan bangsa tercipta.

Lalu, pertanyaan yang paling penting adalah, "Di Indonesia, nasionalisme seperti apa yang kita miliki?" Menurut Pandji, Pancasila adalah 5 prinsip dasar. Hal itu senada dengan pendapat Anand Krishna. Pancasila adalah kode kebahagiaan hidup (The Jakarta Post, 13 Juli 2012).

Apalagi, seperti yang dikatakan Bung Karno, Pancasila adalah Philosophie Grondslag, falsafah dasar yang di atasnya semua ras, agama, keragaman bersemayam dalam pelukan Tanah Air. Ini adalah fondasi yang menyatukan perbedaan antara "aku" dan "kamu" di wilayah "kita".

Dalam buku ini, Pandji juga mengupas tentang sejarah peradaban manusia. Alumnus SMA Gonzaga Jakarta ini meyakini bahwa Pancasila telah membuat Indonesia tidak berakhir seperti India. Negara yang berpisah dengan Pakistan setelah dibebaskan dari Inggris. Masyarakat Islam (minoritas di India) menganggap mereka tidak akan diakomodasi oleh pemerintah. Apalagi mereka takut akan perang saudara antara Islam dan Hindu karena beberapa kepentingan politik. wisata jogja